Ada banyak amalan dan doa penarik rezeki yang kami tulis di blog penasantri, saking banyaknya sampai- sampai tak terhitung, mulai dari bacaan-bacaan ayat, asmaul husna dan asmak-asmak lain, sampai rajah wifiq dan ini doa penarik rezeki dengan jaljalut kubro bait ke 277, Barang siapa yang membaca bait jaljalut tersebut sebanyak 134 kali setiap selesai sholat ashar secara istiqomah maka tidak akan lewat setahun kecuali ia sudah menjadi orang yang kaya raya dan punya kedudukan kekuasaan yang ini jaljalut kubro yang dibaca๏บ๏บช๏ปณ๏ป๏ปฎ๏บ ๏ป๏ปด๏ป๏ปฎ๏บ ๏ปญ๏ปฃ๏บ๏ป๏ปฎ๏บ ๏บ๏ป๏บช๏ปซ๏บ๏ปญ๏บฉ๏ปฃ๏ป ๏ปด๏บฆ ๏บท๏ปคูุซุง ๏บ๏ปฌ๏บ ๏บ๏ป๏บด๏ป๏บช ๏บ๏ป๏บ๏ป ุชBidai'ujin faya'ujin ba'dahawadamlikhin syamyasya bihas sa'du aqbalatDan jika bait jaljalut tersebut ditulis secara terpisah huruf-hurufnya Pada suatu kertas, lalu ditaruh pada dompet atau tempat penyimpanan uang atau harta benda apapun maka uang dan harta bendanya tidak akan pernah habis.
MANAQIB1 Al-Imam Abu Hasan Ali asy-Syadzili RA. Sayyidina Syeikh Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy Syadzili Al Maghribi Al-Hasani Al Idrisi lahir di Ghamarah, desa dekat Sabtah, Maroko, Afrika Utara pada tahun 591 H / 1195 M. Sebutan Asy Syadzili itu sendiri, menurut sebagian ulama adalah daerah tempat dimana beliau banyak menimba ilmu saat mudanya.
๏ปฟSyekh Abu Hasan As-Syadzili adalah seorang ulama sufi yang lahir di desa yang bernama Ghumarah, dekat daerah Sabtah sekarang kota Thonjah/Ceuta, Afrika Utara, Maroko. Pada tahun 593 H/ 1197 M. nama lengkap beliau adalah Ali Bin Abdillah, Bin Abdul Jabbar, Bin Tamim, Bin Hurmuz, yang kalau diteruskan nasabnya akan sampa kepada Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib, cucu Rosulullah intelektual dan ruhaniah Syekh Abu Hasan as-Syadzili sangat panjang, beliau pertama kali belajar ilmu syariat dan menghafal al-qurโan waktu masih kecil di desa kelahirannya. Namun betatapapun penguasaan seseorang terhadap ilmu-ilmu lahiriyah semacam fikih, nahwu shorof dan lain itu belum membawa jiwa ke alam kerohanian yang tinggi. Syekh Abu Hasan yang memendam suatu hasrat yang amat kuat untuk medekatkan diri pada Allah, dan akhirnya memutuskan untuk merantau ke Negara Iraq. Dimana Iraq pada waktu itu merupakan pusat peradaban Islam dan kota tujuan setiap penuntut ilmu, disamping tempat para ahli ilmu dunia, juga pusat tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang fiqh, hadist, dan pengembaraanya di Negara Iraq, yang merupakan kawasan para sufi dan orang-orang saleh. Bertemulah beliau dengan Syekh Shalih Abi al-Fath al-Wasithi, seorang syekh yang paling berkesan di dalam hatinya sewaktu di Iraq. Kemudian Syekh Abu Fath berkata pada Syekh Abu Hasan, โHai Abu Hasan, engkau mencari wali qutb di sini, padahal dia berada di negaramu sendiri, kembalilah, maka kamu akan menemukannyaโโ.Akhirnya, Syekh Abu Hasan kembali lagi ke Maroko, kemudian bertemu dengan Syekh Shiddiq al-Qutb al-Ghauts Abi Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al-Syarif al-Hasani al-Qutb al-Akbar Maghrib, kepada beliaulah kemudian Syekh Abu Hasan baru sampai di Maroko dan ingin menemui Syekh Abdus Salam, Syekh Abu Hasan membersihkan badan dan datang laksana orang yang hina dina dengan penuh dosa. Sebelum beliau menemui Syekh Abdus Salam, ternyata Syekh Abdus Salam sudah mengetahui kedatangannya dan terlebih dulu menemui Syekh Abu Hasan di lereng gunung sekitar tempat tinggal Syekh Abdus Abdus Salam kemudian menemuinya sambil berkata, โSelamat datang wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar,โ begitu sambutan Syekh Abdus Salam sambil menuturkan nasab Syekh Abu Hasan yang sampai kepada Rasulullah Syekh Abdus Salam berkata lagi kepada Syekh Abu Hasan, โKamu datang kepadaku laksana orang yang hina dina dan merasa tidak punya amal baik, maka bersamaku kamu akan memperoleh kekayaan dunia dan akhiratโ.Kemudian Syekh Abu Hasan tinggal bersama Syekh Abdus Salam dalam beberapa hari, untuk membersihkan dirinya. Selama tinggal bersama Syekh Abdus Salam, Syekh Abu Hasan melihat beberapa karomah yang dimiliki oleh kedua ulama tersebut benar-benar merupakan pertemuan antara mursyid dan murid. Banyak sekali futuhat ilahiyyah yang diperoleh Syekh Abu Hasan dari gurunya tersebut. Di antara wasiat dari Syekh Abdus Salam yang diberikan kepada Syekh Abu Hasan adalah โPertajamlah penglihatan keimananmu, maka kamu akan menemukan Allah pada setiap sesuatu.โAdapun asal usul nama Syadzili beliau peroleh dalam perjalanan ruhaniahnya. Dalam perjalanan ruhaniahnya beliau bercerita, โKetika saya duduk di hadapan Syekh Abdus Salam, di dalam ruangan kecil, di sampingku ada anak kecil, aku ingin bertanya kepada Syekh Abdus Salam tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata โWahai Abu Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah ada di dalam hatimu. Akhirnya Syekh Abdus Salam tersenyum dan berkata โDia telah menjawab pertanyaanmu.โSetelah kejadian tersebut, Syekh Abdus Salam memerintahkan Syekh Abu Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah Tepatnya di daerah Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili, padahal waktu itu Syekh Abu Hasan belum dikenal dengan nama sesuai perintah dari gurunya, Syekh Abu Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia-rahasia yang telah dikatakan oleh Syekh Abdus Salam kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniahnya, Syekh Abu Hasan banyak menerima ujian sebagaimana ujian yang dialami oleh para wali pilihan di Syadzilah, suatu daerah yang tak jauh dari Tunis, Syekh Abu Hasan menuju gua yang berada di Gunung Zaghwan, dan menundukkan dirinya semata-mata kepada Allah lewat beribadah, shalat, puasa, tilawat, dan hari, selama munajatnya di Gunung Zaghwan Syekh Abu Hasan selalu membaca Surat Al-Anโam. Selama bermunajat di Gunung Zaghwan, Syekh Abu Hasan tidak menyembunyikan diri dari orang-orang yang ingin menemuinya, ia selalu menyambut dengan baik setiap pecinta maโrifah yang benar benar serius dalam menuntutnya. Di dalam sebuah gua yang ada di gunung itulah, Syekh Abu Hasan berkhalwah hingga hatinya benar-benar kosong dan hanya ada Allah Swt. Jiwanya pun telah suci dari saat di akhir munajatnya, ada bisikan suara kepada Syekh Abu Hasan โWahai Abu Hasan, turunlah dan bergaul-lah bersama orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu. Kemudian Syekh Abu Hasan berkata, โYa Allah, mengapa engkau perintahkan aku untuk untuk bergaul bersama mereka? Aku tidak mampu.โ Kemudian pertanyaan tersebut dijawab, โSudahlah, turun! Niscaya kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari mereka.โKemudian Syekh Abu Hasan berkata lagi, โKalau aku bersama mereka, apakah nanti aku makan dari dirham mereka?โ Kemudian muncullah jawaban, โBekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizki dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib.โ Setelah itu, Syekh Abu Hasan bergaul dengan penduduk setempat, bahkan mempunyai halaqah dzikir dan perihal penisbatan nama Syadzili kepadanya, Syekh Abu Hasan berkata, โPernah aku berkata, โWahai Allah, mengapa engkau menamakanku dengan As-Syadzili, sedangkan aku tidak berasal dari Syadzilah. Maka aku mendengar jawaban, โWahai Ali, aku tidak menamakanmu dengan As-Syadzili, tetapi engkau adalah Syadzdzuli dibaca dengan tasydid huruf dzal, yang artinya orang yang mengasingkan untuk berkhidmat dan setelah dari daerah Syadzilah, Syekh Abu Hasan bertolak ke Tunisia, tempat beliau akan menerima sebuah cobaan. Sebagaimana yang pernah diucapkan oleh guru beliau Syekh Abdus Salam, โAkan ditimpakan ujian kepadamu di sana Tunisia dari pihak penguasa.โKetika di Tunis, Syekh Abu Hasan tinggal di Masjid al-Bilath, banyak para ulama dan sufi yang bermukim di lingkungan sekitarnya, di antaranya al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah berdakwah di Tunis, bergaul dengan masyarakat, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Nama Syekh Abu Hasan terkenal di mana-mana. Sampai suatu saat terdengar oleh kadi al-Jamaโah Abul Qosim bin Barraโ.Ketenaran beliau membuat sang kadi, gerah, iri dan hasud. Karena Syekh Abu Hasan mempunyai murid yang sangat banyak. Kemudian sang kadi pun berusaha untuk merusak popularitasnya. Dengan usaha melaporkan kepada Sultan Abi Zakariya, dengan tuduhan, bahwa Syekh Abu Hasan berasal dari golongan Fathimi, yang saat itu memang dimusuhi Kerajaan mendapat laporan dari sang kadi, sultan pun langsung mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu Hasan dan Kadi Abul Qosim, serta para pakar fikih. Pertemuan tersebut dilaksanakan untuk menguji seberapa jauh keilmuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Syekh Abu berbagai pertanyaan yang dilontarkan untuk mempermalukan Syekh Abu Hasan di depan umum. Namun usaha itu sia-sia, karena jawaban Syekh Abu Hasan yang tepat dan bisa menepis semua tuduhan, justru yang didapatkan adalah pengakuan dari Sultan bahwa beliau adalah termasuk pemuka para wali. Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Syafiโi, โDalam ujian, orang akan terhina atau bertambah muliaโ.Setelah kadi Abul Qosim gagal merusak popularitas Syekh Abu Hasan dan malu, justru nama Syekh Abu Hasan semakin harum di kalangan masyarakat. Rasa iri dan dengki sang kadi pada Syekh Abu Hasan semakin bertambah. Ia memberikan ultimatum kepada Sultan Abi Zakariya dengan mengatakan, โJika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasana.โSetelah diultimatum oleh sang kadi dan khawatir akan lengser. Sultan pun menahan Syekh Abu Hasan dan memenjarakannya di dalam Istana. Kabar tentang penahanan Syekh Abu Hasan terdengar oleh salah satu itu kemudian menjenguk Syekh Abu Hasan. Dengan penuh prihatin, sahabat Syekh Abu Hasan berkata, โOrang-orang di luar sana membicarakanmu, bahwa kamu telah melakukan ini dan itu.โKemudian dia menangis di depan Syekh Abu Hasan. Syekh Abu Hasan pun menanggapinya dengan senyum manis seraya berkata, โDemi Allah, andai kata aku tidak menggunakan adab syaraโ maka aku akan keluar dari sini,โ seraya mengisyaratkan dengan jarinya. Ketika setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding, maka dinding tersebut langsung Syekh Abu Hasan tidak berakhir di Tunis, walaupun cikal bakal tarekatnya pertama kali di Tunis. Setelah dari Tunis beliau pindah ke wilayah timur, tepatnya di Iskandariah, Mesir. Di sinilah beliau bertemu dengan Syekh Abi Abbas Al-Mursyi, murid sekaligus penerus beliau pindah ke Mesir adalah karena ia mimpi bertenu Rasulullah Saw. Dalam mimpi itu, Rasul berkata, โHai Ali, pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut padaku.โSehingga ketika tinggal di Mesir, banyak ulama yang berguru kepada beliau, di antaranya adalah Izzudin bin Abdus Salam, Ibnu Daqiq Al-Id, al-Hafidz Al-Mundziri, Ibnu al-Hijab, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur dan beberapa murid beliau yang lain di madrasah Abu Hasan As-Syadzili meninggal pada tahun 656 H/ 1258 M dan dimakamkan di Humaitsara, Wilayah Bahr Ahmar. Sebelum meninggal, beliau sering menunaikan haji setiap tahun. Syekh Abu Hasan as-Syadzili, tidak meninggalkan sebuah berbentuk kitab dalam bidang tasawuf, namun beliau meninggalkan hal besar yang berbentuk laku Tarekat Syadziliyah dan Hizb Hizb An-Nashr, Hizb Bahr, Hizb Barr, Hizb Andarun Hizb tawasul dan lainnya. Semua yang dilakukan oleh Syekh Abu Hasan adalah Semata-mata untuk kemaslahatan dunia dan akhirat bagi umat kitab inti yang menjadi rujukan pengajaran tasawuf Syekh Abu Hasan As-Syadzili adalah Khatamul Auliyaโ karya Al-Hakim Al-Tirmizi, al-Mawaqif wa al-Mukhotobah, karya Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Niffari, Qutuul Qulub karya Abi Thalib Al-Makky, Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali, as-Syifaโ karya Qodhi Iyadh, Ar-Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dan Muharrah Al-Wajiz Ibnu Tarekat as-Syadziliyah, tersebar di berbagai Negara, seperti Mesir, Tunis, Libya, Sudan, Indonesia dan lain sebagainya. Adapun sanad Tarekat as-Syadziliyah tersambung sampai Rasulullah Aโlam
MenurutSyekh Abul Hasan Asy-Syadzili Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah seorang syekh yang berasal dari Afrika Utara. Sebagai seorang sufi ia mendefinisikan tasawuf sebagai proses praktek dan latihan diri melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan diri ke jalan Tuhan.Do'a ini diambil dari dari kitab Sirrul Jaliil Fi Khawaasi Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakiil yang dikarang oleh seorang Quthubil Auliya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili. Inilah cara yang dimaksud itu 1. Surat Ali Imran 173. Bacalah setiap baโda Asar 450x dengan doanya 7x atau 4500 x dan doanya 313 x di waktu tengah malam. Bismillahir rahmannir rahiimโฆ Hasbunallah wa niโmal wakiil. 450 / 4500 x Doa Khusus "Bismillahir rahmannir rahiimโฆ Allahumma Ya Kafi ikfini nawaibad dunya wa maishoibad-dahri wa dzullal faqri. Allahumma Ya Ghoniyyu aghnini bi ghinaka amman siwaka wa bijudika wa bi fadhlika an kholqika fa innaka qulta wa qoulukal haqqul mubiin โ ud uni astajib lakum.โ Da aunaka kama amartana fastajib minna kama wa adtana. Allahumma Ya Mughni as-aluka Ghinakad-dahri ilal abadi. Allahumma Yaa Fattah iftahli baba rohmatika wa asbil alayya sitro inayatika wa sakhirli khoddama hadzihil asma-I bi syai-in, astaโinu bihi ala ma ayisyi wa amri dini wa dunyaya wa akhiroti wa aqibati amri wa sakh-khirhu li kama sakhortar riha wal insa wal jinna wal wakhsya wath-thoiro li nabiyyika Sulaiman ibni Dawuda alaihimas-salamu wa bi ahiyan, syarohiyan,adunayan,ashbawuta ali syadaya. Ya man amruhu bainal kaf wa nun, innama amruhu idza aroda syai-an an-yaqula lahu kun fayakun. Fasubhanal ladzi biyadihi malakutu kulli syai-in wa ilaihi turjaโuun". 7 / 313 x Artinya "Ya Allah, Tuhan Yang Maha mencukupi, sudahilah Cukupkan kecelakaan dunia dan musibah sepanjang masa dan hinanya kefaqiran yang menimpaku. Wahai Tuhanku Yang Maha kaya, anugerahilah aku dengan kekayaan-MU, kedermawanan-MU dan kelebihan-MU. Sehingga aku tidak butuh bantuan dari selain-MU yang menjadi ciptaan-MU. Engkau telah berfirman dan firman-MU benar dan nyata โ Berdoalah kepada-KU niscaya aku kabulkan pinta mu โ Kami pun memanjatkan doa kepada-MU sebagaimana yang telah Engkau perintahkan kepada kami, maka kabulkanlah doa kami sebagaimana janji-MU untuk mengabulkan kami. Wahai Tuhan Yang Memberi Kekayaan, berilah aku kekayaan sepanjang masa dan selama lamanya. Wahai Tuhan Dzat Yang Maha Pembuka, bukakanlah pintu rahmat-MU untukku dan hilangkanlah semua yang menutup pertolongan-MU serta tundukkanlah kepadaku Khadam penjaga doa ini dengan membawa sesuatu yang dapat menolongku atas masalah penghidupanku, agamaku, dunia dan akhiratku serta akibat semua permasalahanku. Tundukkanlah kepadaku sebagaimana Engkau tundukkan angin, manusia, jin, Binatang liar dan burung-burung tunduk kepada Nabi-MU Sulaiman putra Daud AS. Dan dengan wasilah / perantara penjaga doa ini yang bernama Syekh Ahiyan, Syekh Syarohiyan, Syekh Adunayan dan Syekh Asbawut Ali Sadaya. Wahai Dzat yang perintahnya diantara huruf KAF dan NUN โ Sesungguhnya perintah-NYA hanyalah berkata JADILAH maka TERJADILAH . Maka Maha Suci Allah yang di tangan-NYA Kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-NYA lah kamu dikembalikanโฆ.."
NasehatSyekh Abul Hasan Asy Syadzili. 1. Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur'an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qur'an dan Sunah. Katakan pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili lahir Ghumarah, Maroko, 1197 โ wafat Humaitsara, Mesir, 1258 adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah, daerah Maghreb sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara pada tahun 593 H/1197 M. Namanya lengkapnya adalah Abul Hasan Asy-Syadzili Al-HasaniSyekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri tarekat Syadziliah. Nasab Abul Hasan Asy-Syadzili bersambung sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut ini nasab Abu Hasan Asy-Syadzili Abul Hasan, bin Abdullah Abdul Jabbar, bin Tamim, bin Hurmuz, bin Hatim, bin Qushay, bin Yusuf, bin Yusyaโ, bin Ward, bin Baththal, bin Ahmad, bin Muhammad, bin Isa, bin Muhammad, bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah SAW Sebagian besar sumber yang berbicara tentang sejarah Asy-Syadzili sepakat bahwa dia lahir di negeri Maghrib pada tahun 593 H 1197 M, di sebuah desa yang bernama Ghumarah dekat kota Sabtah sekarang kota Ceuta, di Afrika Utara. Dia tumbuh di desa ini. Dia menghapal Al Quran Al-Karim dan mulai mempelajari ilmu syariat. Kemudian dia pergi ke kota Tunis ketika masih sangat muda. Dia tinggal di sebuah desa yang bernama Syadzilah. Oleh karena itu, dia dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun dia tidak berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh penulis al-Qamus. Ada juga yang mengatakan bahwa dia dinisbatkan kepada desa tersebut karena dia tekun beribadah di sana. Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik. Dia tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid. Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai oleh sebagian sufi. bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda, memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat. Sejak kecil Beliau biasa dipanggil dengan nama ALI, sudah dikenal sebagai orang yang memiliki akhlaq atau budi pekerti yang amat mulia. Tutur katanya sangat fasih, halus, indah dan santun, serta mengandung makna pengertian yang dalam. Di samping memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, Beliau juga tergolong orang yang memiliki kegemaran menuntut ilmu. Di desa tempat kelahirannya ini, Beliau mendapat tempaan pendidikan akhlaq serta cabang ilmu-ilmu agama lainnya langsung di bawah bimbingan ayah-bunda beliau. Beliau tinggal di desa tempat kelahirannya ini sampai usia 6 tahun, yang kemudian pada akhirnya hijrah ke kota Tunis sekarang ibu kota negara Tunisia, Afrika Utara yang semata-mata hanya untuk tujuan tholabul ilmi di samping untuk menggapai cita-cita luhur Beliau menjadi orang yang memiliki kedekatan dan derajat kemuliaan di sisi Allah SWT. Beliau sampai di kota Tunis, sebuah kota pelabuhan yang terletak di tepi pantai Laut Tengah, pada tahun 599 H / 1202 M. Di suatu hari Jumat, Beliau pernah ditemui oleh Nabiyyullah Khidlir alaihissalam, yang mengatakan bahwa kedatangannya pada saat itu adalah diutus untuk menyampaikan keputusan Allah SWT atas diri Beliau yang pada hari itu telah dinyatakan dipilih menjadi kekasih Robbul Alamin dan sekaligus diangkat sebagai Wali Agung dikarenakan Beliau memiliki budi luhur dan akhlaq mulia. Segera setelah pertemuan dengan Nabiyyullah Khidir tersebut, Beliau segera menghadap Syekh Abi Said al Baji, rokhimahullah, salah seorang ulama besar di Tunis pada waktu itu, dengan maksud untuk mengemukakan segala peristiwa yang Beliau alami sepanjang hari itu. Akan tetapi pada saat sudah berada di hadapan Syekh Abi Said, sebelum Beliau mengungkapkan apa yang menjadi maksud dan tujuannya menghadap, ternyata Syekh Abi Said al Baji sudah terlebih dahulu dengan jelas dan runtut menguraikan tentang seluruh perjalanan Beliau sejak keberangkatannya dari rumah sampai diangkat dan ditetapkannya Beliau sebagai Wali Agung pada hari itu. Sejak saat itu Beliau tinggal bersama Syekh Abi Said sampai beberapa tahun guna menimba berbagai cabang ilmu agama. Dari Syekh Abi Said Beliau banyak belajar ilmu-ilmu tentang Al Qurโan, hadits, fiqih, akhlaq, tauhid, beserta ilmu-ilmu alat. Selain itu, karena kedekatan Beliau dengan sang guru, Beliau juga berkesempatan mendampingi Syekh Abi Said menunaikan ibadah haji ke Mekkah al Mukarromah sampai beberapa kali. Namun, setelah sekian tahun menuntut ilmu, Beliau merasa bahwa seluruh ilmu yang dimilikinya, mulai dari ilmu fiqih, tasawwuf, taukhid, sampai ilmu-ilmu tentang al Qurโan dan hadist, semuanya itu Beliau rasakan masih pada tataran syariat atau kulitnya saja. Karena itu Beliau berketetapan hati untuk segera menemukan jalan thoriqot itu sekaligus pembimbing mursyid-nya dari seorang Wali Quthub yang memiliki kewenangan untuk memandu perjalanan ruhaniyah Beliau menuju ke hadirat Allah SWT ? Maka dengan tekad yang kuat Beliau memberanikan diri untuk berpamitan sekaligus memohon doa restu kepada sang guru, syekh Abi Said al Baji, untuk pergi merantau demi mencari seseorang yang berkedudukan sebagai Quthub. Tempat pertama yang dituju oleh Beliau adalah kota Mekkah yang merupakan pusat peradaban Islam dan tempat berhimpunnya para ulama dan sholihin yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia untuk memperdalam berbagai cabang ilmu-ilmu agama. Namun setelah berbulan-bulan tinggal di Mekkah, Beliau belum juga berhasil menemukan orang yang dimaksud. Sampai akhirnya pada suatu seat Beliau memperoleh keterangan dari beberapa ulama di Mekkah bahwa Sang Quthub yang Beliau cari itu kemungkinan ada di negeri Iraq yang berjarak ratusan kilo meter dari kota Mekkah. Sesampainya di Iraq, dengan tidak membuang-buang waktu, segeralah Beliau bertanya ke sana-sini tentang seorang Wali Quthub yang Beliau cari kepada setiap ulama dan masyayikh yang berhasil Beliau temui. Akan tetapi, mereka semua rata-rata menyatakan tidak mengetahui keberadaan seorang Wali Quthub di negeri itu. Memang sepeninggal Sulthonil Auliyaโil Quthbir Robbani wal Ghoutsish Shomadani Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Abdul Qodir al Jilani, rodliyallahu anh, kedudukan Wali Quthub yang menggantikan Syekh Abdul Qodir Jilani oleh Allah disamarkan atau tidak dinampakkan dengan jelas. Pada waktu kedatangan Syekh Abil Hasan ke Baghdad itu, Syekh Abdul Qodir Jailani 470 โ 561 H./1077 โ 1166 M. sudah wafat sekitar 50 tahun sebelumnya selisih waktu antara wafatnya Syekh Abdul Qodir dan lahirnya Syekh Abil Hasan terpaut sekitar 32 tahun. Di kala hidupnya, asy Syekh. Abdul Qodir diakui oleh para ulama minash Shiddiqin sebagai seorang yang berkedudukan โQuthbul Ghoutsโ. Akhirnya, Beliau mendengar adanya seorang ulama yang merupakan seorang pemimpin dan khalifah thoriqot Rifaโiyah yaitu asy Syekh ash Sholih Abul Fatah al Wasithi, rodliyAllahu anh. Syekh Abul Fatah adalah, yang memiliki pengaruh dan pengikut cukup besar di Iraq pada waktu itu. Segeralah Beliau sowan kepada Syekh Abul Fatah dan mengemukakan bahwa Beliau sedang mencari seorang Wali Quthub yang akan Beliau minta kesediaannya untuk menjadi pembimbing dan pemandu perjalanan ruhani Beliau menuju ke hadirat Allah SWT. Mendengar penuturan beliau, asy Syekh Abul Fatah sembari tersenyum kemudian mengatakan, โWahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh jauh sampai ke sini, padahal orang yang engkau cari sebenarnya berada di negeri asalmu sendiri. Beliau adalah seorang Quthubuz Zaman nan Agung pada saat ini. Sekarang pulanglah engkau ke Maghrib Maroko dari pada bersusah payah berkeliling mencari di negeri ini. Beliau, pada saat ini sedang berada di tempat khalwatnya, di sebuah gua di puncak gunung. Temuilah yang engkau cari di sana!โ Beberapa saat setelah mendapat penjelasan dari Syekh Abul Fatah al Wasithi, Beliau segera mohon diri sekaligus minta doa restu agar Beliau bisa segera berhasil menemukan sang Quthub yang sedang dicarinya. Sesampainya di Maroko, Beliau langsung menuju ke desa Ghomaroh, tempat di mana Beliau dilahirkan. Tidak berapa lama kemudian, Beliau segera bertanya-tanya kepada penduduk setempat maupun setiap pendatang di manakah tinggalnya sang Quthub. Hampir setiap orang yang Beliau temui selalu ditanyai tentang keberadaan sang Quthub. Akhirnya setelah cukup lama mencari didapatlah keterangan bahwa orang yang dimaksud oleh Syekh Abul Fatah tiada lain adalah Sayyidisy Syekh ash Sholih al Quthub al Ghouts asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, yang pada saat itu sedang berada di tempat pertapaannya, di suatu gua yang letaknya di puncak sebuah gunung di padang Barbathoh. Demi mendengar keterangan itu, sama seperti yang dijelaskan oleh Syekh Abul Fatah al Wasithi al Iraqi, segera saja Beliau menuju ke tempat yang ditunjukkan itu. Setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu beberapa hari, akhirnya ditemukanlah gunung yang dimaksud. Beliau segera mendaki gunung itu menuju ke puncaknya. Dan, memang benar adanya, di puncak gunung tersebut terdapat sebuah gua. Sebelum Beliau melanjutkan perjalanannya untuk naik ke gua itu, Beliau berhenti di sebuah mata air yang terdapat di bawah gua tersebut. Selanjutnya Beliau lalu mandi di pancuran mata air itu. Hal ini Beliau lakukan semata-mata demi untuk memberikan penghormatan serta untuk mengagungkan sang Quthub, sebagai salah seorang yang memiliki derajat kcmuliaan dan keagungan di sisi Robbul alamin, disamping juga sebagai seorang calon guru Beliau. Begitu setelah selesai mandi, Beliau merasakan betapa seluruh ilmu dan amal Beliau seakan luruh berguguran. Dan seketika itu pula Beliau merasakan kini dirinya telah menjadi seorang yang benar-benar faqir dari ilmu dan amal. Kemudian, setelah itu Beliau lalu berwudlu dan mempersiapkan diri untuk naik menuju ke gua tersebut. Dengan penuh rasa tawadhuโ dan rendah diri, Beliau mulai mengangkat kaki untuk keluar dari mata air itu. Namun, entah datang dari arah mana, tiba-tiba datang seseorang yang tampak sudah lanjut usia. Orang tersebut mengenakan pakaian yang amat sederhana. Bajunya penuh dengan tambalan. Sebagai penutup kepala, orang sepuh itu mengenakan songkok yang terbuat dari anyaman jerami. Dari sinar wajahnya menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki derajat kesholihan dan ketaqwaan yang amat luhur. Kendati berpenampilan sederhana, tetapi orang tersebut tampak sangat anggun, arif, dan berwibawa. Kakek tua itu kemudian mendekati Beliau seraya mengucapkan salam, โAssalamuโalaikumโ. Beliau, dengan agak sedikit terkejut, serta merta menjawab salam orang itu, โWa alaikumus salam wa rokhmatullohi wa barokatuh.โ Belum pula habis rasa keterkejutan beliau, orang tersebut terlebih dahulu menyapa dengan mengatakan, โMarhaban! Ya, Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim binโฆ.โ dan seterusnya nasab Beliau disebutkan dengan runtut dan jelas sampai akhirnya berujung kepada baginda Rosululloh, shollollohu alaihi wa aalihi wa sallam. Mendengar itu semua, Beliau menyimaknya dengan penuh rasa takjub. Belum sampai Beliau mengeluarkan kata-kata, orang tersebut kemudian melanjutkan, โYa Ali, engkau datang kepadaku sebagai seorang faqir, baik dari ilmu maupun amal perbuatanmu, maka engkau akan mengambil dari aku kekayaan dunia dan akhirat.โ Dengan demikian, maka jadi jelas dan yakinlah Beliau kini, bahwa orang yang sedang berada di hadapannya itu adalah benar-benar asy Syekh al Quthub al Ghouts Sayyid Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, rodhiyAllahu anh, orang yang selama ini dicari-carinya. โWahai anakku, hanya puji syukur alhamdulillah kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah mempertemukan kita pada hari ini.โ Berkata Syekh Abdus Salam lagi, โKetahuilah, wahai anakku, bahwa sesungguhnya sebelum engkau datang ke sini, Rosululloh SAW telah memberitahukan kepadaku segala hal-ihwal tentang dirimu, serta akan kedatanganmu pada hari ini. Selain itu, aku juga mendapat tugas dari Beliau agar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada engkau. Oleh karena itu, ketahuilah, bahwa kedatanganku ke sini memang sengaja untuk menyambutmuโ. Selanjutnya, Beliau tinggal bersama dengan sang guru di situ sampai waktu yang cukup lama. Beliau banyak sekali mereguk ilmu-ilmu tentang hakikat ketuhanan dari Syekh Abdus Salam, yang selama ini belum pernah Beliau dapatkan. Tidak sedikit pula wejangan dan nasihat-nasihat yang asy Syekh berikan kepada beliau. Pada suatu hari dikatakan oleh asy Syekh kepada beliau, โWahai anakku, hendaknya engkau semua senantiasa melanggengkan thoharoh mensucikan diri dari syirik. Maka, setiap engkau berhadats cepat-cepatlah bersuci dari kenajisan cinta duniaโ. Dan setiap kali engkau condong kepada syahwat, maka perbaikilah apa yang hampir menodai dan menggelincirkan dirimu.โ Berkata asy Syekh Ibn Masyisy kepada beliau, โPertajam pengelihatan imanmu, niscaya engkau akan mendapatkms Allah; Dalam segala sesuatu; Pada sisi segala sesuatu; Bersama segala sesuatu; Atas segala sesuatu; Dekat dari segala sesuatu; Meliputi segala sesuatu; Dengan pendekatan itulah sifatNya; Dengan meliputi itulah bentuk keadaanNya.โ Di lain waktu guru beliau, rodhiyallahu anh, itu mengatakan, โSemulia-mulia amal adalah empat disusul empat KECINTAAN demi untuk Allah; RIDHO atas ketentuan Allah; ZUHUD terhadap dunia; dan TAWAKKAL atas Allah. Kemudian disusul pula dengan empat lagi, yakni MENEGAKKAN fardhu-fardbu Allah; MENJAUHI larangan-laranganAllah; BERSABAR terhadap apa-apa yang tidak berarti; dan WAROโ menjauhi dosa-dosa kecil berupa segala sesuatu yang melalaikanโ. Asy Syekh juga pernah berpesan kepada. beliau, โWahai anakku, janganlah engkau melangkahkan kaki kecuali untuk Allah, sesuatu yang dapat mendatangkan kcridhoan Allah, dan jangan pula engkau duduk di suatu majelis kecuali yang aman dari murka Allah. Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang yang bisa membantu engkau berlaku taat kepada-Nya. Serta jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang bisa menambah keyakinanmu terhadap Allahโ. Asy Syekh Abdus Salam sendiri adalah merupakan pribadi yang amat berpegang teguh kepada Kitab Allah dan as Sunnah. Walaupun pada kenyataannya Syekh Abil Hasan adalah muridnya, namun Syekh Abdus Salam juga amat mengagumi akan ilmu yang dimiliki oleh sang murid, terutama tentang Kitabullah dan Sunnah, disamping derajat kesholihan dan kewaliannya, serta kekeramatan Syekh Abul Hasan. Tetapi, dari semua yang Beliau terima dari asy Syekh, hal yang terpenting dan paling bersejarah dalam kehidupan Beliau di kemudian hari ialah diterimanya ijazah dan baiโat sebuah thoriqot dari asy Syekh Abdus Salam yang rantai silsilah thoriqot tersebut sambung-menyambung tiada putus sampai akhirnya berujung kepada Allah SWT. Silsilah thoriqot ini urut-urutannya adalah sebagai berikut Beliau, asy Syekh al Imam Abil Hasan Ali asy Syadzily menerima baiโat thoriqot dari 1. Asy Syekh al Quthub asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy, Beliau menerima talgin dan baiโat dari 2. Al Quthub asy Syarif Abdurrahman al Aththor az Zayyat al Hasani al Madani, dari 3. Quthbil auliyaโ Taqiyyuddin al Fuqoyr ash Shufy, dari 4. Sayyidisy Syekh al Quthub Fakhruddin, dari 5. Sayyidisy Syekh al Quthub NuruddinAbil HasanAli, dari 6. Sayyidisy Syekh Muhammad Tajuddin, dari 7. Sayyidisy Syekh Muhammad Syamsuddin, dari 8. Sayyidisy Syekh al Quthub Zainuddin al Qozwiniy, dari 9. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Ishaq Ibrohim al Bashri, dari 10. Sayyidisy Syekh al Quthub Abil Qosim Ahmad al Marwani, dari 11. Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Said, dari 12. Sayyidisy Syekh Saโad, dari 13. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Fatkhus Suโudi, dari 14. Sayyidisy Syekh al Quthub Muhammad Said al Ghozwaniy, dari 15. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Jabir, dari 16. Sayyidinasy Syarif al Hasan bin Ali, dari 17. SayyidinaโAli bin Abi Tholib, karromallahu wajhah, dari 18. Sayyidina wa Habibina wa Syafiโina wa Maulana Muhammadin, shollollohu alaihi wa aalihi wasallam, dari 19. Sayyidina Jibril, alaihis salam, dari 20. Robbul izzati robbul alamin. Setelah menerima ajaran dan baiat thoriqot ini, dari hari ke hari Beliau merasakan semakin terbukanya mata hati beliau. Beliau banyak menemukan rahasia-rahasia Ilahiyah yang selama ini belum pernah dialaminya. Sejak saat itu pula Beliau semakin merasakan dirinya kian dalam menyelam ke dasar samudera hakekat dan maโrifatulloh. Hal ini, selain berkat dari keagungan ajaran thoriqot itu sendiri, juga tentunya karena kemuliaan barokah yang terpancar dari ketaqwaan sang guru, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, rodhiyAllahu anh. Thoriqot ini pula, di kemudian hari, yaitu pada waktu Beliau kelak bermukim di negeri Tunisia dan Mesir, Beliau kembangkan dan sebar luaskan ke seluruh penjuru dunia melalui murid-murid beliau. Oleh karena Beliau adalah orang yang pertama kali mendakwahkan dan mengembangkan ajaran thoriqot ini secara luas kepada masyarakat umum, sehingga akhirnya masyhur di mana-mana, maka Beliau pun kemudian dianggap sebagai pendiri thoriqot ini yang pada akhirnya menisbatkan nama thoriqot ini dengan nama besar beliau, dengan sebutan โTHORIQOT SYADZILIYAHโ. Banyak para ulama dan pembesar-pembesar agama di seluruh dunia, dari saat itu sampai sekarang, yang mengambil berkah dari mengamalkan thoriqot ini. Sebuah thoriqot yang amat sederhana, tidak terlalu membebani bagi khalifah dan para guru mursyidnya serta para pengamalnya. Setelah cukup lama Beliau tinggal bersama asy Syekh, maka tibalah saat perpisahan antara guru dan murid. Pada saat perpisahan itu Syekh Abdus Salam membuat pemetaan kehidupan murid tercinta Beliau tentang hari-hari yang akan dilalui oleh Syekh Abil Hasan dengan mengatakan, โWahai anakku, setelah usai masa berguru, maka tibalah saatnya kini engkau untuk beriqomah. Sekarang pergilah dari sini, lalu carilah sebuah daerah yang bernama SYADZILAH. Untuk beberapa waktu tinggallah engkau di sana. Kemudian perlu kau ketahui, di sana pula Allah Azza wa Jalla akan menganugerahi engkau dengan sebuah nama yang indah, asy Syadzily.โ โSetelah itu,โ lanjut asy Syekh, โKemudian engkau akan pindah ke negeri Tunisia. Di sana engkau akan mengalami suatu musibah dan ujian yang datangnya dari penguasa negeri itu. Sesudah itu, wahai anakku, engkau akan pindah ke arah timur. Di sana pulalah kelak engkau akan menerima warisan al Quthubah dan menjadikan engkau seorang Quthub.โ Pada waktu akan berpisah, Beliau mengajukan satu permohonan kepada asy Syekh agar memberikan wasiat untuk yang terakhir kalinya, dengan mengatakan, โWahai Tuan Guru yang mulia, berwasiatlah untukku.โ Asy Syekh pun kemudian berkata, โWahai Ali, takutlah kepada Allah dan berhati-hatilah terhadap manusia. Sucikanlah lisanmu daripada menyebut akan keburukan mereka, serta sucikanlah hatimu dari kecondongan terhadap mereka. Peliharalah anggota badanmu dari segala yang maksiat, pen. dan tunaikanlah setiap yang difardhukan dengan sempurna. Dengan begitu, maka sempurnalah Allah mengasihani dirimu.โ Lanjut asy Syekh lagi, โJangan engkau memperingatkan kepada mereka, tetapi utamakanlah kewajiban yang menjadi hak Allah atas dirimu, maka dengan cara yang demikian akan sempurnalah waroโmu.โ โDan berdoalah wahai anakku, Ya Allah, rahmatilahlah diriku dari ingatan kepada mereka dan dari segala masalah yang datang dari mereka, dan selamatkanlah daku dari kejahatan mereka, dan cukupkanlah daku dengan kebaikan-kebaikanMu dan bukan dari kebaikan mereka, dan kasihilah diriku dengan beberapa kelebihan dari antara mereka. Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah atas segala sesuatu Dzat Yang Maha Berkuasa.โ Selanjutnya, setelah perpisahan itu, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy yang dilahirkan di kota Fes, Maroko, tetap tinggal di negeri kelahirannya itu sampai akhir hayat beliau. Sang Quthub nan agung ini meninggal dunia pada tahun 622 H./1225 M. Makam Beliau sampai saat ini ramai diziarahi kaum muslimin yang datang dari seluruh penjuru dunia. Seusai berpisah dengan asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, Beliau mulai menapaki perjalanan yang pertama sebagai apa yang telah dipetakan oleh sang guru, yaitu mencari sebuah desa bernama Syadzilah. Setelah dicari-cari, akhirnya sampailah Beliau di sebuah desa bernama Syadzilah yang terletak di wilayah negeri Tunisia. Pada saat Beliau tiba di desa itu, yang mengherankan, Beliau sudah disambut dan dielu-elukan oleh segenap penduduk Syadzilah, sedang Beliau sendiri tidak tahu siapa sebenarnya yang memberitakan akan kedatangan beliau. Tapi, itu sebuah kenyataan bahwa mereka dalam memberikan sambutan kepada Beliau tampak sekali terlihat dari raut wajah mereka suatu kegembiraan yang amat dalam, seakan mereka bisa bertemu dengan orang yang sudah lama dinanti-nantikan. Beliau tinggal di tengah-tengah desa Syadzilah hanya beberapa hari saja. Karena, sejak tiba di kota itu, Beliau telah memutuskan untuk tidak berlama-lama berada di tengah keramaian masyarakat. Beliau ingin bermukim di tempat yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuknya orang-orang. Memang, tujuan Beliau datang ke kota itu, sesuai dengan petunjuk sang guru, semata-mata hanyalah untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan ibadah Beliau dengan cara menjauh dari masyarakat. Akhirnya, Beliau memilih tempat di luar kota Syadzilah, yaitu di sebuah bukit yang bernama Zaghwan. Maka, berangkatlah Beliau ke bukit itu dengan diiringi oleh sahabat Beliau bernama Abu Muhammad Abdullah bin Salamah al Habibie. Dia adalah seorang pemuda penduduk asli Syadzilah yang memiliki ketaqwaan dan telah terbuka mata hatinya mukasyafah. Di bukit itu, Beliau melakukan laiihan-latihan ruhani dengan menerapkan disiplin diri yang tinggi. Setiap jengkal waktu, Beliau gunakan untuk menempa ruhani dengan melakukan riyadhoh, mujahadah dan menjalankan wirid-wirid sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru beliau, asy Syekh Abdus Salam. Di bukit itu, Beliau melakukan uzlah dan suluk dengan cara menggladi nafsu sehingga benar-benar menjadi pribadi yang cemerlang dan istiqomah yang diliputi dengan rasa khidmah dan mahabbah kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk kehidupannya, Beliau bersama sahabat setianya, al Habibie, hanya mengambil tumbuhan yang ada di sekitar bukit Zaghwan itu saja. Tetapi, sejak Beliau bermukim di bukit itu, Allah SWT telah mengaruniakan sebuah mata air untuk memenuhi keperluan beliau. Pernah, pada suatu hari, Beliau menyaksikan gusi al Habibie terluka hingga mengeluarkan darah lantaran terkena ranting dari dedaunan yang dimakannya. Melihat hal itu, Leliau menjadi terharu karena sahabat yang setia mengiringinya harus mengalami kesakitan. Segera saja, setelah itu, Beliau mengajak al Habibie turun ke desa Syadzilah untuk mencari makanan yang lunak. Dan sekiranya telah tercukupi, maka Beliau berdua segera naik kembali ke bukit Zaghwan untuk meneruskan โperjalananโ. Memang, semenjak beruzlah di bukit itu, kadang-kadang Beliau berdua turun ke desa Syadzilah untuk berbagai keperluan. Berkaitan dengan pengalaman keruhanian, diceritakan oleh al Habibie, bahwa pada suatu ketika dia pernah melihat dalam pandangan mata batinnya, nampak segerombolan malaikat, alaihimus sholatu was salam, mengerumuni asy Syekh. Bahkan, lanjut al Habibie, โSebagian dari malaikat itu ada yang berjalan beriringan bersamaku dan ada pula yang bercakap-cakap dengan aku.โ Tidak jarang pula dilihat oleh al Habibie arwah para waliyulloh yang secara berkelompok maupun sendiri-sendiri, mendatangi dan mengerubuti asy Syekh. Para wali-wali itu, rohimahumulloh, dikatakan oleh al Habibie, merasakan memperoleh berkah lantaran kedekatan dan kebersamaan mereka dengan asy Syekh. Sehubungan dengan nama desa Syadzilah, yang akhirnya bertautan dengan nama beliau, diceritakan oleh beliau, bahwa Beliau pada suatu ketika dalam fanaโnya, pernah mengemukakan sebuah pertanyaan kepada Allah SWT, โYa Robb, mengapa nama Syadzilah Engkau kaitkan dengan namaku ?โ Maka, dikatakan kepadaku, โYa Ali, Aku tidak menamakan engkau dengan nama asy Syadzily, tetapi asy Syaadz-ly penekanan kata pada โdzโ yang artinya jarang langka, yaitu karena keistimewaanmu dalam menyatu untuk berkhidmat demi untukKu dan demi cinta kepada-Ku.โ Beliau tinggal di bukit Zaghwan itu sampai bertahun-tahun, sampai pada suatu hari, Beliau mendapatkan perintah dari Allah SWT agar turun dari bukit dan keluar dari tempat khalwatnya untuk segera mendatangi masyarakat. Diceritakan oleh beliau, begini, โPada waktu itu telah dikatakan kepadaku, Hai Ali, turun dan datangilah manusia-manusia, agar mereka memperoleh manfaat dari padamu !โ Lalu, akupun mengatakan, Ya Allah, selamatkanlah diriku dari manusia banyak, karena aku tidak berkemampuan untuk bergaul dengan merekaโ. Lalu dikatakan kepadaku, Turunlah, wahai Ali ! Aku akan mendampingimu dengan keselamatan dan akan Aku singkirkan engkau dari marabahayaโ. Aku katakan pula, Ya Allah, Engkau serahkan diriku kepada manusia-manusia, termasuk apa yang aku makan dan harta yang aku pakai ?โ Maka, dikatakan kepadaku, Hendaklah engkau menafkahkan dan Aku-lah yang mengisi, pilihlah dari jurusan tunai ataukah jurusan ghaib.โ Setelah selesai menjalani seperti apa yang telah dipetakan oleh asy Syekh Abdus Salam dan setelah mendapat perintah untuk keluar dari tempat uzlahnya guna mendatangi masyarakat, maka Beliau segera melanjutkan perjalanannya sesuai dengan pemetaan berikutnya, yaitu menuju ke kota Tunis. Kalau dirunut nasab maupun tempat kelahiran syekh agung ini, tidak didapati sebuah nama yang memungkinkan ia dinamakan Syadzili. Dan memang, nama tersebut adalah nama yang dia peroleh dalam perjalanan ruhaniah. Dalam hal ini Abul Hasan sendiri bercerita โKetika saya duduk di hadapan Syekh, di dalam ruang kecil, di sampingku ada anak kecil. Di dalam hatiku terbersit ingin tanya kepada Syekh tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata, โWahai, Abu alโHasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah berada dalam hatimu. Akhirnya Syekh tersenyum dan berkata, โDia telah menjawab pertanyaanmuโ. Selanjutnya Syekh Abdussalam memerintahkan Abu al-Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah tepatnya di daerah bernama Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili โpadahal pada waktu itu Abu al-Hasan belum di kenal dengan nama tersebut-. Sebelum berangkat Abu al-Hasan meminta wasiat kepada Syekh, kemudian dia berkata, โIngatlah Allah, bersihkan lidah dan hatimu dari segala yang mengotori nama Allah, jagalah anggota badanmu dari maksiat, kerjakanlah amal wajib, maka kamu akan memperoleh derajat kewalian. Ingatlah akan kewajibanmu terhadap Allah, maka kamu akan memperoleh derajat orang yang waraโ. Kemudian berdoalah kepada Allah dengan doa, โAllahumma arihnii min dzikrihim wa minal awaaridhi min qibalihim wanajjinii min syarrihim wa aghninii bi khairika an khairihim wa tawallanii bil khushuushiyyati min bainihim innaka alaa kulli syaiโin qadiirโ. Selanjutnya sesuai petunjuk tersebut, Syekh Abu al-Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia yang telah dikatakan kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniah kali ini dia banyak mendapat cobaan sebagaimana cobaan yang telah dialami oleh para wali-wali pilihan. Akan tetapi dengan cobaan tersebut justru semakin menambah tingkat keimanannya dan hatinya semakin jernih. Sesampainya di Syadzilah, yaitu daerah dekat Tunis, dia bersama kawan-kawan dan muridnya menuju gua yang berada di Gunung Zaโfaran untuk munajat dan beribadah kepada Allah SWT. Selama beribadah di tempat tersebut salah satu muridnya mengetahui bahwa Syekh Abu al-Hasan banyak memiliki keramat dan tingkat ibadahnya sudah mencapai tingkatan yang tinggi. Pada akhir munajat-nya ada bisikan suara , โWahai Abu al-Hasan turunlah dan bergaul-lah bersama orang-orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu, kemudian beliau berkata โYa Allah, mengapa Engkau perintahkan aku untuk bergaul bersama mereka, saya tidak mampuโ kemudian dijawab โSudahlah, turun Insya Allah kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari merekaโ kemudian beliau berkata lagi โKalau aku bersama mereka, apakah aku nanti makan dari dirham mereka? Suara itu kembali menjawab โBekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizik dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib. Dalam dialog ilahiyah ini, dia bertanya kepada Allah, kenapa dia dinamakan syadzili padahal dia bukan berasal dari syadzilah, kemudian Allah menjawab โAku tidak menyebutmu dengan syadzili akan tetapi kamu adalah syadzdzuli, artinya orang yang mengasingkan untuk ber-khidmat dan mencintaikuโ. Dialog ilahiyah yang sarat makna dan misi ini membuatnya semakin mantap menapaki dunia tasawuf. Tugas selanjutnya adalah bergaul bersama masyarakat, berbaur dengan kehidupan mereka, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Dan Tunis adalah tempat yang dituju wali agung ini. Di Tunis Abul Hasan tinggal di Masjid al-Bilath. Di sekitar tempat tersebut banyak para ulama dan para sufi. Di antara mereka adalah karibnya yang bernama al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu al-Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah al-Shabuni. Popularitas Syekh Abu al-Hasan semerbak harum di mana-mana. Aromanya sampai terdengar di telinga Qadhi al-Jamaโah Abu al-Qasim bin Barraโ. Namun aroma ini perlahan membuatnya sesak dan gerah. Rasa iri dan hasud muncul di dalam hatinya. Dia berusaha memadamkan popularitas sufi agung ini. Dia melaporkan kepada Sultan Abi Zakaria, dengan tuduhan bahwa dia berasal dari golongan Fathimi. Sultan meresponnya dengan mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu al-Hasan dan Qadhi Abul Qosim. Hadir di situ juga para pakar fiqh. Pertemuan tersebut untuk menguji seberapa kemampuan Syekh Abu al-Hasan. Banyak pertanyaan yang dilontarkan demi menjatuhkan dan mempermalukan Abul Hasan di depan umum. Namun, sebagaimana kata-kata mutiara Imam Syafiโi, dalam ujian, orang akan terhina atau bertambah mulia. Dan nyatanya bukan kehinaan yang menimpa wali besar. Kemuliaan, keharuman nama justru semakin semerbak memenuhi berbagai lapisan masyarakat. Qadhi Abul Qosim menjadi tersentak dan tertunduk malu. Bukan hanya karena jawaban-jawaban as-Syadzili yang tepat dan bisa menepis semua tuduhan, tapi pengakuan Sultan bahwa Syekh Abu al-Hasan adalah termasuk pemuka para wali. Rasa iri dan dengki si Qadhi terhadap Syekh Abu al-Hasan semakin bertambah, kemudian dia berusaha membujuk Sultan dan berkata โJika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasanaโ. Ada pengakuan kebenaran dalam hati, ada juga kekhawatiran akan lengser dari singgasana. Sultan demi mementingkan urusan pribadi, menyuruh para ulamaโ fikih untuk keluar dari balairung dan menahan Syekh Abu al-Hasan untuk dipenjara dalam istana. Kabar penahanan Syekh Abul Hasan mendorong salah seorang sahabatnya untuk menjenguknya. Dengan penuh rasa prihatin si karib berkata, โOrang-orang membicarakanmu bahwa kamu telah melakukan ini dan ituโ. Sahabat tadi menangis di depan Syekh Abu al-Hasan lalu dengan percaya diri dan kemantapan yang tinggi, Syekh tersenyum manis dan berkata, โDemi Allah, andaikata aku tidak menggunakan adab syaraโ maka aku akan keluar dari sini โseraya mengisyaratkan dengan jarinya-. Setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding maka dinding tersebut langsung terbelah, kemudian Syekh berkata kepadaku โAmbilkan aku satu teko air, sajadah dan sampaikan salamku kepada kawan-kawan. Katakan kepada mereka bahwa hanya sehari saja kita tidak bertemu dan ketika shalat maghrib nanti kita akan bertemu lagiโ. Tunis, kendatipun bisa dikatakan cikal bakal as-Syadzili menancapkan thariqah Syadziliyah namun itu bukan persinggahan terakhirnya. Dari Tunis, Syekh Abu al-Hasan menuju negara kawasan timur yaitu Iskandariah. Di sana dia bertemu dengan Syekh Abi al-Abbas al-Mursi. Pertemuan dua Syekh tadi memang benar-benar mencerminkan antara seorang mursyid dan murid. Adapun sebab mengapa Syekh pindah ke Mesir, beliau sendiri mengatakan, โAku bermimpi bertemu baginda Nabi, beliau bersabda padaku โHai Aliโฆ pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut kepadakuโ. Di Iskandariah beliau menikah lalu dikarunia lima anak, tiga laki-laki, dan dua perempuan. Semasa di Mesir beliau sangat membawa banyak berkah. Di sana banyak ulama yang mengambil ilmu dari Syekh agung ini. Di antara mereka adalah hakim tenar Izzuddin bin Abdus-Salam, Ibnu Daqiq al-Iid , Al-hafidz al-Mundziri, Ibnu al-Hajib, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur, dan yang lain-lain di Madrasah al-Kamiliyyah yang terletak di jalan Al-muiz li Dinillah. Selama berada di Tunisia, beliau bersahabat dan banyak berdiskusi dengan para Ulama dan kaum Sufi besar disana. Di antara mereka terdapat โข Syekh Abul Hasan Ali bin Makhluf As Syazili โข Abu Abdullah Al Shabuni โข Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Paituni โข Abu Abdillah Al Binai Al Hayah โข Abu Abdillah Al-Jarihi Sedangkan diantara murud-murid beliau di Tunisia, dimana sebagian mereka adalah para Ulama kenamaanโ yaitu โข Izzudin bin Abdul Salam โข Taqiyudin bin Daqiqiโid โข Abul Adhim Al-Munziri โข Ibnu Shaleh โข Ibnu Hajib โข Jamaluddin Usfur โข Nabiuddin bin Auf โข Muhyiddin bin Suraqah โข Ibnu Yasin Diantara kemuliaan beliau, sebagaimana kesaksian sahabat seperjalanannya, bahwa diutusnya Syekh Abul Hasan Ali As Syazili oleh gurunya agar berangkat menuju Iskandaria, karena di kota itu telah menunggu 40 Waliyullah untuk meneruskan pelajaran kepada beliau. Dasar-dasar Pemikiran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syariโah. โข Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah swt 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syariโat dan hakikat bersatu 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali Paduan antara Syariโat dan Tasawuf 5. Al Syifaโ karya Qadhi Iyadh dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththaโillah melengkapi pengetahuan dalam pengajian Syekh Abu al-Abbas al-Mursy, murid kesayangan dan penerus thariqah Syadziliyah mengatakan bahwa gurunya setiap tahun menunaikan ibadah haji, kemudian tinggal di kota suci mulai bulan Rajab sampai masa haji habis. Seusai ibadah haji beliau pergi berziarah ke makam Nabi SAW di Madinah. Pada musim haji yang terakhir yaitu tahun 656H, sepulang dari haji beliau memerintahkan muridnya untuk membawa minyak wangi dan perangkat merawat jenazah lainnnya. Ketika muridnya bertanya untuk apa kesemuanya ini, beliau menjawab, โDi Jurang Humaistara di propinsi Bahr al-Ahmar akan terjadi kejadian yang pasti. maka di sanalah beliau meninggal. Beliau wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Majmuโatul Ahzab Kumpulan Hizib-wirid โข Mafakhirul Aliyah โข Al Amin โข As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Niโmal Wakil โข Hizbus Syadzili partai terkenal di Afrika Karomah Sayyidi Syekh Imam Abul Hasan Ali Asy Syadzili Sulthonul Auliyaโ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain adalah Allah SWt menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau untuk menulis ilmu-ilmu beliau mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan โwilayatul adzimahโ kepada beliau menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi ketika beliau baru berusia enam tahun. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan kaโbah dari negara Mesir Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jumโat maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya Doa Beliau Mustajabah dikabulkan oleh Allah SWT Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun Beliau dibukakan oleh Allah bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya pengikut thoriqohnya diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya akan memberikan syafaat di akhirat Beliau berdoโa kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Doโa beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata โApabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili raโ. Syaikh Syamsudin Al-Hanafi ra mengatakan bahwa pengikut thoriqoh syadziliyah dikaruniai kemulyaan tiga macam yang tidak diberikan pada golongan thoriqoh yang lainnya a. Pengikut thoriqoh Syadziliyah telah dipilih di lauhil mahfudz b. Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala. c. Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab. Pada suatu ketika, Sultan Abi Zakaria dikejutkan dengan berita bahwa budak perempuan yang paling disenangi dan paling dibanggakan terserang penyakit langsung meninggal. Ketika mereka sedang sibuk memandikan budak itu untuk kemudian dishalati, mereka lupa bara api yang masih menyala di dalam gedung. Tanpa ampun bara api tadi melalap pakaian, perhiasan, harta kekayaan, karpet dan kekayaan lainnya yang tidak bisa terhitung nilainya. Sembari merenung dan mengevaluasi kesalahan masa lalu, Sultan yang pernah menahan Syekh Syadzili karena hasudan qadhi Abul Qosim tersadar bahwa kejadian-kejadian ini karena sikap dia terhadap Syekh Abu al-Hasan. Dan demi melepaskan kutukanโ ini saudara Sultan yang termasuk pengikut Syekh Abu al-Hasan meminta maaf kepada Syekh, atas perlakuan Sultan kepadanya. Cerita yang sama juga dialami Ibnu al-Barra. Ketika mati ia juga banyak mengalami cobaan baik harta maupun agamanya. Di antara karomahnya adalah, Abul Hasan berkata, โKetika dalam suatu perjalanan aku berkata, โWahai Tuhanku, kapankah aku bisa menjadi hamba yang banyak bersyukur kepada-Mu?, kemudian beliau mendengar suara , โYaitu apabila kamu berpendapat tidak ada orang yang diberi nikmat oleh Allah kecuali hanya dirimu. Karena belum tahu maksud ungkapan itu aku bertanya, โWahai Tuhanku, bagaimana saya bisa berpendapat seperti itu, padahal Engkau telah memberikan nikmat-Mu kepada para Nabi, ulamaโ dan para penguasa. Suara itu berkata kepadaku, โAndaikata tidak ada para Nabi, maka kamu tidak akan mendapat petunjuk, andaikata tidak ada para ulamaโ, maka kamu tidak akan menjadi orang yang taat dan andaikata tidak ada para penguasa, maka kamu tidak akan memperoleh keamanan. Ketahuilah, semua itu nikmat yang Aku berikan untukmuโ. Di antara karomah sudi agung ini adalah, ketika sebagian para pakar fiqh menentang Hizib Bahr, Syekh Syadzili berkata, โDemi Allah, saya mengambil hizib tersebut langsung dari Rasulullah saw harfan bi harfin setiap hurufโ. Di antara karomah Syekh Syadzili adalah, pada suatu ketika dalam satu majlis beliau menerangkan bab zuhud. Beliau waktu itu memakai pakaian yang bagus. Ketika itu ada seorang miskin ikut dalam majlis tersebut dengan memakai pakaian yang jelek. Dalam hati si miskin berkata, โBagaimana seorang Syekh menerangkan bab zuhud sedangkan dia memakai pakaian seperti ini?, sebenarnya sayalah orang yang zuhud di duniaโ. Tiba-tiba Syekh berpaling ke arah si miskin dan berkata, โPakaian kamu ini adalah pakaian untuk menarik simpatik orang lain. Dengan pakaianmu itu orang akan memanggilmu dengan panggilan orang miskin dan menaruh iba padamu. Sebaliknya pakaianku ini akan disebut orang lain dengan pakaian orang kaya dan terjaga dari meminta-mintaโ. Sadar akan kekhilafannya, si miskin tadi beranjak berlari menuju Syekh Syadzili seraya berkata, โDemi Allah, saya mengatakan tadi hanya dalam hatiku saja dan saya bertaubat kepada Allah, ampuni saya Syekhโ. Rupanya hati Syekh terharu dan memberikan pakaian yang bagus kepada si miskin itu dan menunjukkannya ke seorang guru yang bernama Ibnu ad Dahan. Kemudian syekh berkata, โSemoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepadamu melalui hati orang-orang pilihan. Dan semoga hidupmu berkah dan mendapatkan khusnul khatimahโ. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdoโa Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Al-Manawi berkata ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab โAdapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.โ โข Al-Mursi berkata โAllah swt pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan โBerapa banyak ilmu anda?โ Dia menjawab โ71โ Aku bertanya lagi โApa Jabatanmu?โ Dia menjawab โKhalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi โBagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili?โ Dia menjawab โDia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia Adalah samudera tidak bertepi.โ โข Abu Abdullah As-Syatibi berkata โ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah swt, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah swt. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau โWahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doaโ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda โAbu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku.โ Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qurโan dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qurโan dan Sunah. Katakana pada dirimu Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qurโan dan Sunah terlebih dahulu. โข Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syaraโ, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian. โข Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qurโan dan Sunah. โข Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. โข Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. โข Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama Dasar-dasar ajaran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili bahwa seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syariโah. Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah SWT 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syariโat dan hakikat bersatu 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali Paduan antara Syariโat dan Tasawuf 5. Al Syifaโ karya Qadhi Iyadh dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththaโillah melengkapi pengetahuan dalam pengajian . Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Majmuโatul Ahzab Kumpulan Hizib-wirid โข Mafakhirul Aliyah โข Al Amin โข As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Niโmal Wakil โข Hizbus Syadzili partai terkenal di Afrika Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Al-Manawi berkata ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab โAdapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.โ โขAl-Mursi berkata โAllah SWT pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan โBerapa banyak ilmu anda?โ Dia menjawab โ71โ Aku bertanya lagi โApa Jabatanmu?โ Dia menjawab โKhalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi โBagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili?โ Dia menjawab โDia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia adalah samudera tidak bertepi.โ โข Abu Abdullah As-Syatibi berkata โ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah SWT, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah SWT. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau โWahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah SWT dengan perantaraan beliau, ternyata doaโ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda โAbu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah SWT dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah SWT dengan perantaraanku.โ Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โข Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qurโan dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qurโan dan Sunah. Katakan pada dirimu Sesungguhnya Allah SWT menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qurโan dan Sunah terlebih dahulu. โข Kembalilah dari menentang Allah SWT, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syaraโ, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian. โข Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah SWT dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qurโan dan Sunah. โข Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah SWT, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. โข Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah SWT melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah SWT. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. โข Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas beragama. Sulthonul Auliyaโ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain Allah SWT menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau untuk menulis ilmu-ilmu beliau mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan โwilayatul adzimahโ kepada beliau menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi ketika beliau baru berusia enam tahun. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia, Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya, Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh, Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan kaโbah dari negara Mesir, Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jumโat maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya, Doa Beliau Mustajabah dikabulkan oleh Allah SWT, Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun, Beliau dibukakan oleh Allah bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya pengikut thoriqohnya diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya akan memberikan syafaat di akhirat. Beliau berdoโa kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Doโa beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata โApabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili raโ. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdoโa Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Nah demikian sekilas gambaran sosok sang syaikh. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran bagi kehidupan kita sekarang. Terakhir mari kita berefleksi โJika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah. Rasulullah saw bersabda Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah SWT. Bacalah secara berkesinambungan doaโ dan dzikir apapun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah SWT adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu. Ibnu Atha illah Askandari โKetahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu ia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Kamu telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu. Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah SWT. Ibnu Atha illah Askandari โSeseorang yang telah mendekati ajalnya berusia lanjut dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti dzikir yang berbunyi Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, kalimat ini kuucapkan sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya. Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah SWT bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu. Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah SWT bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah SWT bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah SWT membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih? Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah SWT, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah SAW.โ Ibnu Atha illah Askandari HIZIBJALALAH. Kaifiatu 'amal : Riyadhohnya puasa bilaa ruuh ( tidak makan yang bernyawa / yang keluar darinya ) selama 3 hari. Dimulai pada hari selasa terakhir malam jum'at. Maghrib berbuka dengan air secukupnya. Ba'da sholat dibaca 7x dan tengah malam 41x. Selama berpuasa setiap akan membaca Hizib ini ( baik yang dibaca ba'da sholat Imam Abu Hasan asy-Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyyah adalah seorang wali agung yang namanya selalu dikaitkan dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki derajat kewalian yang sama, sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Qarasyi ูุงู ุงููุฑุดู ุฅุฐุง ุฐูุฑุช ุณูุฏู ุฃุจุง ุงูุญุณู ุงูุดุงุฐูู ุฐูุฑุช ููุฏ ุฐูุฑุช ุณูุฏู ุนุจุฏ ุงููุงุฏุฑ ุงูุฌููุงูู ูุฅุฐุง ุฐูุฑุช ุณูุฏู ุนุจุฏ ุงููุงุฏุฑ ุงูุฌููุงูู ููุฏ ุฐูุฑุช ุณูุฏู ุฃุจุง ุงูุญุณู ุงูุดุงุฐูู ูุชูุญุฏ ุงูู ูุงู ูููู ุง ููุฃู ุณุฑูู ุง ูุงุญุฏ ููู ุง ูุง ููุชุฑูุงู Al-Qarasyi mengatakan, โKetika aku menyebut tuanku Syekh Abu Hasan asy-Syadzili, maka aku telah menyebut tuanku Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Dan ketika aku menyebut tuanku Syekh Abdu Qadir al-Jailani, maka aku telah menyebut tuanku Syekh Abu Hasan asy-Syadzili, karena keduanya memiliki dejarat yang sama, dan sirr rahasia Allah di dalam keduanya juga sama, dan keduanya tidak dapat dipisahkan.โ Pada tahun 593 H, lahirlah seorang keturunan Rasulullah ๏ทบ di desa Ghumarah, sebuah perkampungan dekat dengan kota Ceuta di negara Maroko. Orang tuanya memberikan ia nama Ali, kelak ia akan lebih dikenal dengan julukan Abu Hasan asy-Syadzili. Ali tumbuh dalam lingkungan yang sangat taat beragama. Ayahnya bernama Abdulah bin Abdul Jabbar. Para ahli sejarah sepakat bahwa beliau adalah keturunan dari Sayyidina Hasan, cucu Rasulullah ๏ทบ. Menurut Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Lathaif al-Minan, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Muhammad bin Sayyidina Hasan. Sedangkan menurut Ibnu Iyadh dalam kitab al-Mafakhir al-Ulya fi al-Maโatsir asy-Syadziliyyah, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Idris bin Umar bin Idris bin Abdullah bin al-Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan. Imam Abu Hasan asy-Syadzili memiliki postur tubuh yang kurus, jari-jemari yang panjang, warna kulit yang sangat fasih berbicara, ucapannya sangat lembut. Selain itu, ia selalu memakai pakaian yang indah dan menunggangi hewan tunggangan yang gagah. Terkadang Ia juga tak segan untuk memakai pakaian sederhana, akan tetapi beliau tidak memakai pakaian yang ditambal sebagaimana beberapa kaum sufi lainnya. Perjalanan Keilmuan Awalnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili mengambil sanad ilmu tasawuf kepada Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Harazim w. 633 H di negara Maroko. Dari guru pertamanya inilah, Imam Abu Hasan asy-Syadzili mendapatkan pengesahan sebagai pengikut ajaran tasawuf. Kemudian, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berkelana ke negara Tunisia. Di negara Tunisia inilah, ia melanjutkan berguru kepada Syekh Abu Saโid Khalaf bin Yahya at-Tamimi al-Baji w. 628 H. Kedua guru agung Imam Abu Hasan asy-Syadzili ini adalah dua murid kesayangan Syekh Abu Madyan al-Maghrabi. Selanjutnya, pada tahun 618 H Imam Abu Hasan asy-Syadzili berguru kepada Abu al-Fath Najmuddin Muhammad al-Wasithi w. 632 H, seorang murid dari Syekh Ahmad ar-Rifaโi. Diakhir pertemuan guru dan murid inilah, Syekh Abu al-Fath Najmuddin Muhammad al-Wasithi berpesan โEngkau mencari seorang wali quthb di negara Iraq, padahal wali quthb tersebut menetap di negaramu di Maroko, kembalilah ke negara asalmu niscaya engkau akan bertemu dengan wali quthb di sanaโ. Atas pesan gurunya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili pun bertandang ke negara asalnya untuk mencari sang wali quthb. Imam Abu Hasan asy-Syadzili menceritakan pengalaman spiritualnya berguru kepada sang wali quthb yang bernama Syekh Abdus Salam bin Masyisy sebagaimana yang dicatat oleh Ibnu Iyadh dalam kitab al-Mafakir al-Aliyyah fi al-Maโatsir asy-Syadziliyyah, โAku bertemu dengannya ketika ia menetap di pucuk gunung. Ketika aku melihatnya aku pun bergegas untuk mandi seraya berniat dalam hati bahwa aku adalah seorang yang tak memiiki ilmu sedikit pun agar ia mau mengajarkan ilmu tasawuf kepadaku. Ketika aku mendatanginya ia berkata, Selamat datang wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbarโ. Kemudian, ia menyebutkan silsilah nasabku hingga Rasulullah ๏ทบ seraya berkata, Wahai Ali, engkau datang kepadaku dengan hati yang butuh terhadap ilmu dan amal, maka engkau berhak untuk mendapatkan dariku ilmu dunia dan akhirat.โ Aku terkejut dengan apa yang aku alami, aku pun berguru kepadanya selama beberapa hari hingga aku sampai pada derajat futuh terbuka mata hati. Selama aku berguru kepadanya, aku menemukan banyak keramat dan khariqul adat yang keluar darinyaโ. โSuatu ketika aku duduk bersamanya dan ketika itu ada seorang anak kecil yang duduk di sisi Syekh Abdus Salam bin Masyisy. Terbesit dalam benakku untuk menanyakan kepadanya tentang Asmaโ Allah al-Muโadzam. Anak kecil itu pun berkata, Wahai Abu Hasan, engkau ingin bertanya kepada Syekh tentang Asmaโ Allah al-Muโadzam, sungguh di dalam hatimu telah terdapat sirr rahasia dari Asmaโ Allah al-Muโadzam. Kemudian, Syekh Abdus Salam bin Masyisy tersenyum seraya mengatakan, Itulah jawaban yang engkau dapatkan.โ Syekh Abdus Salam bin Masyisy berkata, Wahai Ali, berjalanlah menyusuriluasnya benua Afrika, kemudian menetaplah di sebuah desa bernama Syadzilah, niscaya kelak Allah akan memberikanmu gelar asy-Syadziliโ.โ Fitnah dari Abu Qasim bin Barraโ Dalam perjalanannya berdakwah, tak jarang Imam Abu Hasan asy-Syadzili menemukan banyak rintangan. Di antara rintangan terberatnya adalah fitnah dari Abu Qasim bin Barraโ. Awalnya, ia memulai berdakwah di ibu kota negara Tunisia dengan menetap di sebuah rumah di dekat masjid al-Bilath. Ia banyak berkumpul dengan ulama besar Tunisia seperti Abu Hasan Ali bin Makhluf as-Shaqli, Abu Abdullah as-Shabuni, dan sesamanya. Dalam waktu yang singkat, berbondong-bondonglah para ulama untuk belajar kepada Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Hingga kabar ketenaran Imam Abu Hasan asy-Syadzili menimbulkan kedengkian di hati Abu Qasim bin Barraโ yang saat itu menjabat sebagai pakar ahli fiqih kenaman di negara Tunisia. Abu Qasim bin Barraโ pun mengadu kepada Sultan Abu Zakaria, โSungguh di daerah kita ada seseorang dari desa Syadzilah yang mengaku keturunan Rasulullah ๏ทบ dan ia diikuti oleh banyak orang, ia akan mengacaukan negaramu.โ Abu Qasim bin Barraโ lalu mengumpulkan seluruh ulama ahli fiqih untuk berdebat dengan Imam Abu Hasan asy-Syadzili sedangkan di waktu yang sama Sultan Abu Zakaria mengawasi dari balik tirai. Perdebatan pun dimulai, seluruh ulama ahli fiqih yang hadir terdiam membisu setelah mendengarkan seluruh pertanyaan mereka dijelaskan dengan mudah oleh Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Maka kedengkian semakin membara, beberapa oknum yang dengki saat itu mengusulkan untuk mengusir Imam Abu Hasan asy-Syadzili dari negara Tunisia. Hingga beberapa waktu kemudian tersiar kabar bahwa selir sang sultan wafat akibat sebuah penyakit. Maka, sang sultan beserta seluruh pelayannya bergegas untuk memakamkannya. Ketika mereka sedang sibuk dengan urusan pemakaman, tak disangka kebakaran terjadi di rumah sang sultan. Hingga, api berhasil melahap banyak harta dan barang berharga di rumah sang sultan. Melihat hal tersebut, sang sultan pun merasa bahwa ini semua terjadi akibat perbuatan buruknya kepada Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Sultan Abu Zakaria pun bergegas meminta maaf dan mencium tangan Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Setelah kejadian tersebut, Imam Abu Hasan asy-Syadzili memilih untuk berpindah ke negara Mesir. Sedangkan kelak Abu Qasim bin Barraโ pada akhir hayatnya ditimpa musibah berupa sia-sia seluruh ilmunya, durhaka anak-anaknya dan merasakan kezaliman di masa senjanya. Ini semua terjadi karena ia telah memusuhi Imam Abu Hasan asy-Syadzili yang juga seorang kekasih Allah semasa hidupnya. Kedekatannya dengan Syekh Izzudin bin Abdissalam Kedatangan Imam Abu Hasan asy-Syadzili di kota Alexandria telah menjadi lentera ilmu yang tak kunjung padam. Duduk bersimpuh di majelis ilmunya beberapa ulama besar di zamannya, di antaranya adalah Syekh Izzudin bin Abdissalam, Syekh Taqiyuddin bin Daqiq al-Aid dan sesamanya. Di antara kisah menarik dari Imam Abu Hasan asy-Syadzili dengan Syekh Izzudin bin Abdissalam adalah suatu ketika Imam Abu Hasan asy-Syadzili menghendaki untuk berangkat haji bersama pengikutnya. Sedangkan waktu itu sedang terjadi penyerangan bangsa Tartar di Timur Tengah. Oleh karena itu, Syekh Izzudin bin Abdissalam memfatwakan untuk menunda keberangkatan haji. Imam Abu Hasan asy-Syadzili mendatangi Syekh Izzudin bin Abdissalam, โWahai Syekh, seandainya dunia dijadikan hanya sejengkal tanah dan diberikan kepada seseorang, apakah boleh ia bepergian ke tempat yang dikhawatirkan?โ Maka Syekh Izzudin bin Abdissalam menjawab, โBarang siapa yang diberikan anugerah demikian maka ia terbebas dari fatwa larangan berhajiโ. โSungguh aku bersama Allah, dzat yang tiada tuhan selain Dia. Dan Dia telah menjadikan dunia sebagai sejengkal tanah, ketika aku melihat hal yang berbahaya bagi seseorang aku akan menolongnya dan memberinya rasa aman, dan wajib adanya maqam sederajat di antara kita dihadapan Allah agar engkau memahami apa yang aku maksudkanโ ujar Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Kemudian, para pengikutnya pun berbondong-bondong untuk berhaji bersama Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Akhir hayat Imam Abu Hasan asy-Syadzili Sejak kedatangannya di negara Mesir, Imam Abu Hasan asy-Syadzili telah mendapatkan isyarat mengenai tempat wafatnya. Suatu ketika ia bermunajat, โDuhai tuhanku, engkau telah menempatkanku di negara bangsa Koptik, semoga engkau wafatkan aku di antara mereka, sehingga dagingku bercampur dengan daging mereka serta tulangku berkumpul dengan tulang merekaโ. Kemudian terdengarlah sebuah suara, โWahai Ali, sungguh kelak engkau akan diwafatkan di tempat yang tidak pernah dipakai untuk bermaksiat kepada Allahโ. Di akhir hayatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berangkat untuk menunaikan haji. Akan tetapi di tengah perjalanan ia mengalami sakit parah. Sebelum wafatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berwasiat untuk istiqamah membaca Hizb Bahr, โJagalah Hizb Bahr untuk anak-anak kalian, sungguh di dalamnya terdapat Asmaโ al-Muโadzamโ. Sebelum wafatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili menyuruh muridnya untuk mengambilkan air di sumur terdekat. Akan tetapi, muridnya mengatakan, โWahai tuanku, air di daerah ini asin sedangkan air yang kita bawa terasa segarโ. โBawakan air sumur kepadaku, sungguh apa yang aku inginkan berbeda dengan yang kalian persangkakanโ jawab Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Maka, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berkumur dengan air sumur tersebut dan ia mendoakan air bekas berkumurnya. Kemudian, air bekas berkumur beliau dimasukkan kedalam sumur terdekat. Dengan izin Allah, air sumur tersebut berubah menjadi segar dan melimpah. Imam Abu Hasan asy-Syadili wafat pada tahun 656 H di sebuah gurun pasir bernama Humaitsarah yang berada di antara daerah Luxor dan Qina. Penerus tarekat Syadziliyyah setelah beliau adalah Abu Abbas al-Mursi. Dalam tarekat yang beliau dirikan, Imam Abu Hasan asy-Syadzili memberikan lima dasar yang harus diikuti oleh pengikut tarekat Syadziliyyah,yaitu Bertakwa kepada Allah baik di dalam keadaan samar ataupun terang-terangan Mengikuti jejak baginda Nabi Muhammad ๏ทบ baik dalam perkataan maupun perbuatan Tidak bertumpu kepada manusia baik di depan mereka maupun di hadapan mereka Ridho dengan pemberian Allah baik sedikit maupun banyak Kembali kepada Allah baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah. Muhammad Tholhah al Fayyadl Mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Sumber Refrensi Kitab Lathaif al-Minan karya Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari Kitab Durratul Asrar wa Tuhfah al-Abrar karya Syekh Muhammad al-Qasim ibnu Shabagh Kitab al-Lathifah al-Mardhiyyah karya Syekh Dawud bin Bakhila Kitab al-Mafakhir al-Aliyyah fi al-Maโatsir asy-Syadziliyyah karya Syekh Ibnu Iyadh asy-Syafiโi Mungkinyang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar, Wallahu a'lam. Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun.LINGKAR MADIUN - Rejeki semua manusia sudah diatur oleh Allah SWT, rejeki bisa berarti rejeki kesehatan, rejeki ekonomi, rejeki kebahagiaan hingga rejeki keluarga yang harmonis Dan masing-masing rejeki tidak akan tertukar, karena sudah dicatat oleh Allah SWT. Setiap umat dianjurkan untuk selalu berusaha dan berdoa, karena tanpa berdoa juga akan sia-sia berlaku sebaliknya. Baca Juga 5 Rahasia Weton Minggu Pahing, Inilah Salah Satu Weton yang Berjiwa Pemimpin Dengan Tingkat Kecerdasan Tinggi Cara menjemput rejekipun juga berbeda beda untuk setiap manusia, hanya kita harus bersabar dan tawakal kalau Allah akan mempersiapkan rejeki kita disaat waktu yang tepat Berikut ini adalah doa penarik rejeki dari segala penjuru dan bisa diamalkan setiap malam dan setiap hari Baca Juga Terbiasa Memakai Celana Ketat ? Waspadai Terjadi 5 Keluhan Ini, Simak Apa Saja! Doa ini dibaca bersamaan dengan membaca Surat Al Waqiah โAllohumma inni as aluka bihaqqi suuratil waaqiโah wa asroorihaa antu yassiroli rizki kamaa yassartahu li katsiirin min kholqika yaa Alloh yaa robbal aalamiin.โ Artinya
6lOa.